RSS

Keindahan Panorama Curug Cipendok

13 Mar


curug-cipendokCurug Cipendok, terletak di desa Karang Tengah kecamatan Cilongok, kurang lebih 25 km dari kota Purwokerto. Obyek wisata alam ini berupa air terjun dengan ketinggian 92 m yang dikelilingi pemandangan alam dan hutan yang indah

Hawa di sekitarnya sejuk dan sepanjang jalan menuju ke sana terdapat area perkebunan. Di sekitar wilayahnya terdapat bumi perkemahan dan sebuah telaga yang bernama Telaga Pucung. Lokasi air terjun ini cukup mudah untuk dicapai. Antara Curug Cipendok dengan tempat parkir mobil masih tersisa sekitar 500 meter. Namun jangan khawatir, perjalanan 500 meter jalan dari pintu masuk menuju curug tidak bakal membuat bosan. Justru sebaliknya, perjalanan tersebut membuat pengunjung dibawa memasuki alam yang masih asri. Dengan jalan yang naik turun, wisatawan yang datang akan disambut dengan suara-suara serangga khas hutan tropis.
Setelah berjalan sekitar 15-20 menit, sebelum sampai Curug Cipendok akan terdengar suara gemuruh seperti hujan lebat. Itulah suara air terjun yang turun dari ketinggian hampir 98 meter tersebut. Udara dingin ditambah dengan titik-titik air membuat suasana damai dan segar. Jika sudah agak siang, sinar matahari yang bersinar membuat pelangi tipis hasil pantulan titik-titik air yang turun.
Nama Curug Cipendok sendiri berasal dari legenda yang masih berkaitan dengan sejarah perang Diponegoro. Seusai perang Diponegoro, yang dimenangkan oleh BelAnda, dimana seluruh kerajaan Surakarta termasuk wilayah / wewengkon Dulangmas, meliputi Kedu, Magelang dan Banyumas menjadi daerah kekuasaan BelAnda. Perjanjian tersebut tertuang dalam perjanjian Dulangmas.

Salah satu wilayah Banyumas, yaitu Ajibarang, saat itu dipimpin oleh seorang Wedana bernama Raden Ranusentika. Pada saat itu diberi tugas untuk melakukan kerja rodi, berupa pembukaan hutan belantara di sekitar lereng Gunung Slamet untuk dijadikan area perkebunan. Sudah delapan bulan lamanya beliau memimpin pembukaan hutan di lereng Gunung Slamet, namun belum juga mendapatkan hasil. Senantiasa terjadi keanehan, pada saat pohon-pohon selesai ditebang, esoknya tubuh lagi seperti semula. Seolah-olah seperti belum pernah ditebang sama sekali. Kejadian ini terjadi berulang-ulang, sehingga membuat bingung dan pusing Raden Ranusentika.

Karena baru kali ini menemukan permasalahan yang aneh, maka kemudian Raden Ranusentika berdoa dan bermohon kepada Tuhan dengan cara bertapa beberapa saat. Karena merasa belum mendapat petunjuk juga, beliau kemudian menyudahi bertapanya. Sembari mengusir kegundahan dan mencari jalan keluar, Raden Ranusentika pergi memancing ikan di dekat air terjun. Di tengah-tengahnya memancing, tiba-tiba beliau merasa kailnya seperti ditarik-tarik oleh ikan yang besar, sampai-sampai gagang pancingnya melengkung.

Namun alangkah terkejutnya, saat pancingnya ditarik bukannya ikan yang didapat, melainkan sebuah barang mirip cincin yang merupakan pendok atau cincin warangka keris yang bersinar kuning keemasan. Ketika didekatkan, tiba-tiba Raden Ranusentika bisa melihat banyak sekali makhluk halus yang berada di hutan yang telah ditebang habis. Mereka semua yang selama ini menggagalkan pekerjaan Raden Ranusentika.

Atas usulan Breden Santa, seorang kepala pekerja, air terjun dimana Raden Ranusentika menemukan pendok keris, dinamakan Curug Cipendok. Berasal dari kata curug yang berarti air terjun dan pendok atau cincin dari bilah keris.
Selain menemukan pendok, Raden Ranusentika juga ditemui seorang makhluk halus berujud peri, bernama Dewi Masinten Putri Sudhem yang bersedia membantu menyelesaikan pekerjaan pembukaan hutan tersebut. Akhirnya, pekerjaan pembukaan hutan berhasil diselesaikan dengan baik. Dewi Masinten Putri Sudhem kemudian diboyong ke Kadipaten Ajibarang, menjadi garwa padmi (selir) dari Raden Ranusentika.
Jalan menuju lokasi sudah diaspal semua. Dari lokasi parkir, dan berjalan menuju lokasi air terjun, kita benar-benar dapat menikmati pemAndangan alam di sekitar sambil berolahraga. Di jalan menuju lokasi, banyak warung yang menjajakan mendoan, susu murni yang bisa Anda temukan di warung-warung rumah penduduk. Perkebunan tomat, cabai dan seledri cukup menarik dinikmati dalam perjalanan menuju lokasi. Belum lagi sungai-sungai kecil denga air jernih mengalir, bisa mengundang kita untuk turun sejenak merasakan sejuk dan jernihnya air pegunungan. Bila hari besar seperti libur lebaran, lokasi ini cukup ramai dikunjungi.
Di lokasi ini juga dilengkapi dengan fasilitas:
– cottage,
– outbond,
– jogging,
– jungle tracking dan
– bumi perkemahan.
Anda juga bisa melihat sumber mata air dan telaga Pucung di Kampung Panginyongan, yang ditampilkan dalam nuansa budaya Banyumasan. Di sini, suasana sangat hening dan asri, sesuai untuk melonggarkan pikiran, setelah disibukkan dengan berbagai kegiatan yang menyita tenaga dan pikiran.

Selain keindahan alamnya yang masih asli, di sekitar telaga pucung juga masih terdapat elang dan macan (harimau) Jawa. Dimana keberadaannya kini semakin berkurang.
Untuk masuk ke lokasi Curug Cipendok, Anda bisa melalui kota Purwokerto, menuju ke jalan Jend. Sudirman, ke arah alun-alun. Kemudian lurus menuju ke jalan raya Losari, sekitar 14 km dari Purwokerto. Selanjutnya, ada tAnda berupa rambu lampu kuning, Anda belok kekanan menuju lokasi dengan jarak sekitar 8 km. Jalan menuju ke lokasi cukup berkelok-kelok, namun jangan khawatir, karena ada rambu penunjuk jalan menuju ke lokasi.
Jika Anda ingin mengunjungi Curug Cipendok, bersiap-siaplah membawa payung atau jas hujan, minimal pakaian ganti. Sebab kalau memasuki kawasan air terjun Curug Cipendok, Anda pasti ”kehujanan”. Ini dikarenakan Curug Cipendok adalah air terjun yang memiliki ketinggian hampir 100 meter sehingga titik-titik air membasahi daerah sekitarnya, meski tidak turun hujan.
Referensi:
– Artikel KBM WBU
– Sinar Harapan
– Suara Merdeka

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 13 Maret 2009 inci info wisata

 

Tinggalkan komentar